Varian
COVID-19
Varian Alpha
Memiliki potensi penularan sekitar 30% - 50%, artinya dapat menyebar dengan cepat. Gejala yang kerap dialami: gangguan penciuman, demam, sesak napas, kelelahan, flu, sakit kepala dan tenggorokan, mual, hingga diare.1,2
Varian Beta
Pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan, diyakini memiliki tingkat penularan lebih tinggi sekitar 50% dibandingkan dengan strain COVID-19 yang asli. Gejala dialami biasanya demam, sakit tenggorokan, dan kehilangan indra penciuman.1,2
Varian Delta
Memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi dibandingkan dengan varian COVID-19 sebelumnya. Gejala yang sering dialami oleh pasien termasuk sakit tenggorokan, sakit kepala, flu, demam, dan diare.1, 2,3
Varian Omikron
Hampir setipe dengan varian Beta, namun tingkat penularannya lebih tinggi dan ada beberapa sub-varian Omikron seperti BA.4 dan XBB. Gejala-gejala yang sering muncul adalah sakit tenggorokan, sakit kepala, flu, sakit punggung bagian bawah, dan mudah kelelahan.1,2
Kenapa COVID-19 Selalu
Ada Varian Baru?
Saat virus bereplikasi, sekitar 3 persen dari virus tersebut bermutasi atau mengalami perubahan genetik sehingga terjadi mutasi.4
Walaupun tidak semua perubahan genetik pada virus berdampak besar, tetapi beberapa dapat menjadi sangat berbahaya, seperti yang terlihat pada varian virus yang telah dijelaskan sebelumnya.4
Seorang ilmuwan telah memeriksa lebih dari 565.942 genom virus yang berasal dari lebih dari 140 negara. Hasil analisis menunjukkan bahwa virus tersebut mengalami dua mutasi baru setiap bulannya.5
Meskipun virus corona memiliki banyak genom, namun virus ini dapat mendeteksi dan memperbaiki sel ketika mereplikasi diri.5
Hal ini berbeda dengan flu yang tidak memiliki enzim tersebut sehingga dapat bermutasi lebih sering dan tetap menyebar ke orang lain.5
Nah, salah satu cara yang efektif untuk mengurangi risiko kemunculan varian virus baru adalah dengan membatasi penyebarannya itu sendiri!4
Apa yang Harus Diketahui?
Banyak orang yang terinfeksi COVID-19 tidak menunjukkan gejala atau hanya memiliki gejala ringan seperti kesulitan bernapas, demam, batuk, kelelahan, dan nyeri pada tubuh.6
Untuk kasus yang lebih serius, dampak jangka pendek dari COVID-19 dapat berupa kegagalan sistem pernafasan, masalah neurologis atau kebingungan, dan kerusakan pada organ vital seperti ginjal atau jantung akibat kekurangan oksigen atau pembekuan darah yang dapat berakibat pada masalah jangka panjang.6
Terdapat beberapa survei di Amerika Serikat dan Italia yang menunjukkan bahwa, hanya 39% pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit yang berhasil pulih kembali ke kondisi kesehatan dasar dalam 14-21 hari setelah dinyatakan terinfeksi.7
Sama halnya, dalam penelitian terhadap 143 pasien COVID-19 yang mendapatkan perawatan di rumah sakit, hanya 13% di antaranya yang tidak mengalami gejala sama sekali setelah rata-rata 60 hari pasca terinfeksi.7
Walaupun sebagian besar pasien sembuh dalam waktu 1-2 minggu, namun menurut penelitian, 30% orang yang terinfeksi COVID-19 masih memiliki gejala sampai dengan 9 bulan setelah terinfeksi.7,8
COVID-19 memiliki beberapa cara yang dapat mempengaruhi kesehatan kita dalam jangka panjang, di antaranya:9,10
Walaupun sebagian besar pasien sembuh dalam waktu 1-2 minggu, namun menurut penelitian, 30% orang yang terinfeksi COVID-19 masih memiliki gejala sampai dengan 9 bulan setelah terinfeksi.7,8
COVID-19 memiliki beberapa cara yang dapat mempengaruhi kesehatan kita dalam jangka panjang, di antaranya:9,10
Proses Pernapasan Tubuh Kita
Kerusakan pada paru-paru bisa membuat orang sulit bernapas atau sesak napas dalam jangka panjang. Hal ini disebabkan oleh dua faktor yang mempengaruhi fungsi normal paru-paru:10
- Penyumbatan Aliran Udara
Biasanya terjadi pada orang yang memiliki Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau asma, di mana saluran udara mereka menyempit sehingga sulit bernapas.10 - Volume Udara Terbatas
Hal ini terjadi karena restriksi yaitu kondisi ketika paru-paru tidak dapat mengembang dengan baik sehingga mengakibatkan sulit bernapas karena jumlah udara yang bisa diserap menjadi berkurang.10
Memengaruhi Cara Kita Berpikir
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sekitar 30% - 40% orang yang terinfeksi COVID-19 mengalami efek neurologis yang disebut "brain fog“ alias lemot.9
Efek ini membuat pasien mengalami kesulitan berkonsentrasi atau mengingat informasi.9
Kinerja Jantung Menurun
Sekitar 50% pasien yang telah sembuh dari COVID-19 memperlihatkan tanda-tanda peradangan dan kerusakan otot jantung. Hal ini terjadi bahkan pada pasien yang bergejala ringan.9
Mengubah Cara Tubuh Bekerja
Pasien COVID-19 yang menjalani perawatan di rumah sakit dalam waktu lama dapat mengalami penurunan sekitar 20% massa otot mereka.9
Dampaknya, bisa merasakan gejala seperti rasa sakit pada persendian, kelelahan, dan nyeri otot.9
Dilihat dari tingkat keparahan infeksi tersebut. Jika kasusnya ringan, kemungkinan besar tidak akan ada kerusakan permanen pada jaringan paru-paru.11
Apabila pasien memiliki kondisi kesehatan yang membuat mereka lebih rentan terhadap COVID-19.11
Kemungkinan besar akan berisiko pada tingkat kekebalan tubuh semakin menurun seperti yang dialami oleh lansia.11
Perawatan yang tidak optimal dapat mempengaruhi proses pemulihan paru-paru dan memperburuk kerusakan jangka panjang.11
Oleh karena itu, perawatan yang tepat sangat penting untuk mempercepat pemulihan paru-paru.11
Seseorang dapat terinfeksi lebih dari satu penyakit secara bersamaan atau biasa disebut dengan koinfeksi sekunder. Hal ini juga bisa terjadi pada pasien COVID-19 dan dapat meningkatkan risiko komplikasi hingga kematian.
Seperti pasien COVID-19 yang terinfeksi penyakit pernapasan pneumonia di mana kondisi paru-paru meradang karena bakteri, virus, atau jamur. Hal ini membuat alveoli (kantung udara dalam paru-paru) terisi dengan cairan atau nanah sehingga penderita kesulitan bernapas.13
Seseorang dapat terinfeksi lebih dari satu penyakit secara bersamaan atau biasa disebut dengan koinfeksi. Hal ini juga bisa terjadi pada pasien COVID-19 dan dapat meningkatkan risiko komplikasi hingga kematian.12
Seperti pasien COVID-19 yang terinfeksi penyakit pernapasan pneumonia di mana kondisi paru-paru meradang karena bakteri, virus, atau jamur. Hal ini membuat alveoli (kantung udara dalam paru-paru) terisi dengan cairan atau nanah sehingga penderita kesulitan bernapas.13
Apa Penyebab Umum Terjadinya Pneumonia?
Pneumonia biasanya disebabkan oleh virus, jamur dan bakteri, salah satunya yaitu bakteri Streptococcus pneumoniae atau pneumokokus.13
Seperti Apa Cara Penyebarannya?
Penyakit ini dapat menyebar dari orang ke orang melalui udara saat orang tersebut bersin atau batuk.13
Kuman penyebab pneumonia juga bisa menempel pada benda atau permukaan dan menyebar melalui sentuhan dengan wajah.13
Pasien COVID-19 berusia lansia akan lebih rentan mengalami gejala jangka panjang.18
Menurut data yang ditemukan, lebih dari 81% kematian akibat COVID-19 terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun dan memiliki risiko kematian sebanyak 97 kali lebih tinggi daripada orang yang berusia 18-29 tahun.18
Pada kasus COVID-19 seseorang dengan kondisi penyakit tertentu akan memerlukan perawatan intensif di rumah sakit, termasuk menggunakan ventilator untuk membantu bernapas yang bisa berdampak secara jangka panjang.18
Kondisi tersebut meliputi kanker, penyakit ginjal kronis, penyakit hati kronis, penyakit paru-paru kronis, fibrosis kistik, demensia atau kondisi neurologis lainnya, diabetes, penyakit jantung, infeksi HIV, obesitas, talasemia, transplantasi organ padat atau sel punca darah, stroke atau penyakit serebrovaskular, dan tuberkulosis.18
Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh kita melemah sehingga lebih sulit bagi tubuh untuk melawan penyakit seperti pneumonia.19
Bahkan, orang dewasa yang sehat bisa terkena pneumonia. Risiko pneumonia juga tinggi pada anak-anak yang berusia 2 tahun ke bawah karena sistem kekebalan tubuh mereka yang masih berkembang.19
Seseorang dengan gangguan kesehatan kronis seperti PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), asma, penyakit jantung, penyakit ginjal kronis, dan diabetes, memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena pneumonia. Sama halnya yang terjadi pada COVID-19.20
Merokok bisa membuat jaringan paru-paru menjadi lemah dan rentan terhadap infeksi seperti pneumonia.20
Alkohol dapat merusak sistem kekebalan tubuh dan membuat tubuh sulit untuk melawan infeksi seperti pneumonia melalui beberapa mekanisme yang berbeda.
Mengalami
kesulitan bernafas.
Demam, berkeringat
dan menggigil.
Nyeri pada bagian
dada ketika bernafas
atau batuk.
Batuk dan berdahak
berwarna kehijauan,
kuning atau ada
bercak darah.
Hilang nafsu makan
dan kelelahan.
Vaksinasi merupakan salah satu cara melindungi diri dari pneumonia, vaksinasi pneumonia dapat mengurangi risiko infeksi pneumonia hingga 2,1 kali lipat dan infeksi tanpa gejala hingga 2,2 kali.24, 25
Berbahaya
Meskipun sudah terlindungi dan terhindar dari infeksi pneumonia, vaksinasi juga dapat mencegah infeksi berbahaya pada tubuh.
Infeksi parah terjadi ketika patogen menyerang organ tubuh lainnya dan kemudian dapat menyebabkan sepsis atau keracunan yang dapat berakibat pada kegagalan organ.26
(Herd Immunity)
Jika tingkat vaksinasi penduduk cukup tinggi, maka penyebaran penyakit menjadi terbatas karena hanya sedikit orang yang dapat terinfeksi. Kekebalan kelompok hanya akan tercapai jika sekitar 95% penduduk divaksinasi.27
Sebagai contohnya, untuk mencegah penyebaran campak, 19 dari setiap 20 orang harus divaksinasi.27
Anda akan meninggalkan situs Sahabat Peduli dengan mengklik tautan di atas. Setiap tautan ke situs web yang berisi pengunduhan perangkat lunak disediakan hanya untuk kemudahan Anda. Kami tidak bertanggung jawab untuk isi tautan (link) situs web atau halaman web. Anda menggunakan atau mengikuti tautan tersebut dengan risiko Anda sendiri. Pfizer tidak bertanggung jawab untuk segala kerugian atau ganti kerugian yang ditimbulkan atau diderita oleh Anda yang timbul dari atau sehubungan dengan penggunaan Anda atas tautan tersebut. PP-UNP-IDN-0427-OCT-2023
Anda akan meninggalkan situs Sahabat Peduli dengan mengklik tautan di atas. Setiap tautan ke situs web yang berisi pengunduhan perangkat lunak disediakan hanya untuk kemudahan Anda. Kami tidak bertanggung jawab untuk isi tautan (link) situs web atau halaman web. Anda menggunakan atau mengikuti tautan tersebut dengan risiko Anda sendiri. Pfizer tidak bertanggung jawab untuk segala kerugian atau ganti kerugian yang ditimbulkan atau diderita oleh Anda yang timbul dari atau sehubungan dengan penggunaan Anda atas tautan tersebut. PP-UNP-IDN-0427-OCT-2023
1. Katella, K. Omicron, Delta, Alpha, and More: What To Know About the Coronavirus Variants. Yale Medicine. Available at https://www.yalemedicine.org/news/covid-19-variants-of-concern-omicron. Accessed March 2023
2. Gleeson, C. Most common symptoms of 6 coronavirus variants. www.beckershospitalreview.com. Available at https://www.beckershospitalreview.com/public-health/most-common-symptoms-of-6-coronavirus-variants.html. Accessed March 2023.
3. CNBC. After being ravaged by the delta Covid variant, how is India doing now?. Available at https://www.cnbc.com/2021/07/23/coronavirus-how-india-is-doing-now-after-delta-variant-spread.html. Accessed March 2023.
4. Caltech Science Exchange. Variants and COVID-19. Available at https://scienceexchange.caltech.edu/topics/covid-19-coronavirus-sars-cov-2/variants-vaccines-covid-19. Accessed March 2023.
5. Kwon, D., & Naro, M. Coronavirus evolving: How mutations arise and new variants emerge. Knowable Magazine. Available at https://doi.org/10.1146/knowable-022221-3. Accessed March 2023.
6. Health-Desk.org. What short and long-term effects does COVID-19 have on other body parts, including lungs, brain, heart and kidneys?. Available at https://health-desk.org/articles/what-short-and-long-term-effects-does-covid-19-have-on-other-body-parts-including-lungs-brain-heart-and-kidneys. Accessed March 2023.
7. UC Health. Short & Long-term Effects of COVID-19 on the Lungs. Available at https://www.uchealth.com/en/media-room/covid-19/short-and-long-term-lung-damage-from-covid-19. Accessed March 2023.
8. Logue, J. K., Franko, N. M., McCulloch, D. J., McDonald, D., Magedson, A., Wolf, C. R., & Chu, H. Y. (2021). Sequelae in adults at 6 months after COVID-19 infection. JAMA network open, 4(2), e210830-e210830.
9. Rush. 5 Long-Term Effects of COVID-19. Available at https://www.rush.edu/news/5-long-term-effects-covid-19. Accessed March 2023.
10. Kadl, A., & Sturek, J. M. COVID-19 can cause lasting lung damage - 3 ways long COVID patients' respiration can suffer. The Conversation. Available at https://theconversation.com/covid-19-can-cause-lasting-lung-damage-3-ways-long-covid-patients-respiration-can-suffer-189516. Accessed March 2023.
11. Hopkins Medicine. COVID-19 Lung Damage. Available at https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/coronavirus/what-coronavirus-does-to-the-lungs#:~:text=What%20does%20COVID%20do%20to,the%20lungs%20and%20other%20organs. Accessed March 2023.
12. UAB News. COVID-19: Bacterial co-infection is a major risk factor for death, ICU admission and mechanical ventilation. Available at https://www.uab.edu/news/research/item/13445-covid-19-bacterial-co-infection-is-a-major-risk-factor-for-death-icu-admission-and-mechanical-ventilation. Accessed March 2023.
13. WHO. Pneumonia. Available athttps://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia#:~:text=Pneumonia%20is%20a%20form%20of. Accessed March 2023.
14. Our World In Data.Pneumonia. Available at https://ourworldindata.org/pneumonia. Accessed March 2023.
15. Lopez-Leon, et. al.; 2. Fraser E. et al,; 3. Hashim, M.J., et al,; 4. Bellan M., et al,; Full citations in slide notes. 5. Crook, H et al. BMJ 374, n1648, doi:10.1136/bmj.n1648 (2021).
16. Center for Health Management and Humanities Ministry of Health Republic of Indonesia. Indonesia SRS.
17. Bellan, et Al. Respiratory and Psychophysical Sequelae Among Patients With Covid-19 Four Months After Hospital Discharge. Accessed March 2023.
18. CDC. COVID-19 and Your Health. Centers for Disease Control and Prevention. Available at https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/need-extra-precautions/people-with-medical-conditions.html#:~:text=Like%20adults%2C%20children%20with%20obesity. Accessed March 2023.
19. CDC. Pneumococcal Disease: Risk Factors and How It Spreads. Available at https://www.cdc.gov/pneumococcal/about/risk-transmission.html. Accessed March 2023.
20. Know Pneumonia SG. Pneumococcal Pneumonia Risk. Available at https://www.knowpneumonia.sg/pneumococcal-pneumonia-risk#Question-three. Accessed March 2023.
21. Ackermann, K. (2022, October 25). Are Alcohol Drinkers More at Risk of Getting Pneumonia? Alcohol.org. Available at https://alcohol.org/effects/pneumonia/. Accessed March 2023.
22. LloydsPharmacy. What's the difference between a cold, the flu, hay fever, pneumonia & covid?. Available at https://lloydspharmacy.com/blogs/coronavirus/difference-between-coronavirus-flu-cold-and-pneumonia. Accessed March 2023.
23. American Lung Association. Pneumonia symptoms and diagnosis | american lung association. www.lung.org; American Lung Association. https://www.lung.org/lung-health-diseases/lung-disease-lookup/pneumonia/symptoms-and-diagnosis. Accessed March 2023.
24. Shpagina, L. et al. Efficacy of 13-valent pneumococcal conjugate vaccine in healthcare workers. Terapevticheskii Arkhiv, 90(11), 55 -61. Available at https://doi.org/10.26442/terarkh2018901155-61. Accessed March 2023.
25. CDC. Pneumonia Can Be Prevented --Vaccines Can Help. Centers for Disease Control and Prevention. Available at https://www.cdc.gov/pneumonia/prevention.html. Accessed March 2023.
26. Stepko, B. Why the Pneumonia Vaccine Is Even More Essential Now. AARP. Available at https://www.aarp.org/health/drugs-supplements/info-2020/pneumonia-vaccine.html. Accessed March 2023.
27. University of Oxford. Herd immunity (Herd protection). Available at https://vk.ovg.ox.ac.uk/herd-immunity. Accessed March 2023.
28. Coronavirus? Flu? Shortness of Breath Provides a Clue. US Pharmacist. Available at https://www.uspharmacist.com/article/coronavirus-flu-shortness-of-breath-provides-a-clue. Accessed July 2023.
PP-UNP-IDN-0334-JUL-2023